Tahun
ini di bawah Dirut baru Dr.Ir.Yudiutomo Imardjoko, BatanTek tidak hanya
bisa bangkit dari kuburnya bahkan begitu bangkit langsung bisa berlari
dengan kencangnya. Larinya pun ke mana-mana termasuk ke puluhan
negara Asia.
Padahal tahun 2010 lalu BatanTek sudah dicabut nyawanya. Ini gara-gara
ada larangan internasional untuk melakukan pengayaan uranium tingkat
tinggi. Ini dikhawatirkan bisa disalahgunakan menjadi senjata nuklir.
|
Industri Nuklir BATAN (Gbr : http://jakartagreater.com) |
Sejak itu PT BatanTek berhenti
memproduksi radioisotop. Tim BatanTek sudah berusaha mengubah proses
pengayaan uranium menjadi tingkat rendah, tapi tidak mampu. Bahkan
BatanTek sudah mendatangkan ahli dari USA untuk menularkan pengetahuan
proses uranium tingkat rendah. Tapi juga gagal.
Akibatnya rumah-rumah sakit yang selama
ini menggunakan radioisotop dari BatanTek memilih membeli dari sumber
lain. Semua pelanggan marah dan memutuskan hubungan. BatanTek praktis
mati.
Untunglah Dr Yudiutomo datang dan
menjadi dirut baru. Anak Maospati, Magetan, lulusan Fakultas Teknik
Nuklir UGM ini memang bukan sembarang orang. Dia meraih gelar doktor di
bidang nuklir di Iowa State University USA.
Dr Yudiutomo mengajak ahli nuklir sealmamater di UGM, Dr.Ing Kusnanto
untuk menjadi direktur produksi. Dr Kusnanto meraih gelar doktor nuklir
dari Aachen, Jerman.
Karena PT BatanTek masih dalam keadaan
sulit, sejak awal dua ahli nuklir ini memilih menghemat: menyewa satu
rumah untuk dihuni berdua. Keluarga ditinggal di Yogya.
Dua orang inilah yang tidak
henti-hentinya berpikir bagaimana agar BatanTek bisa melakukan pengayaan
uranium tingkat rendah. Siang malam dua ahli ini terus berdiskusi.
Keputusan untuk tinggal satu rumah membuat diskusi mereka berlanjut
setelah jam kantor sekalipun. Di rumah kontrakan itulah mereka bisa
berdiskusi sampai jam 2 dini hari.
Hasilnya luar biasa: mereka menemukan
cara baru mengayakan uranium tingkat rendah. Bukan cara yang sudah
dikenal di dunia sekarang ini, tapi cara baru yang untuk mudahnya saya
beri saja nama "Formula YK" (Yudiutomo Kusnanto).
Formula YK ini menggunakan prinsip electro plating. Menggantikan cara
lama sistem foil target. Prinsipnya, sebelum dimasukkan reaktor nuklir
uranium itu di-plating dengan rumus tertenu. Cara ini meski kelak
diketahui oleh ahli lain pun akan sulit ditiru. Rumus angka-angkanya
tidak akan diungkap.
Masalahnya: dari mana perusahaan dapat
tambahan modal? Reaktor nuklirnya sih bisa tetap menggunakan reaktor
milik Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) yang di Serpong itu, tapi
banyak peralatan PT BatanTek yang harus diperbaharui atau diperbaiki.
"Perlu berapa?" tanya saya saat rapat dengan dua ahli nuklir itu di Serpong.
"Cukup besar pak, Rp 85 miliar," jawab Dr Yudiutomo.
"Saya carikan!"
Saya pun menghubungi Bank Rakyat
Indonesia. Saya memang sangat kagum dan terharu melihat kejeniusan dua
ahli ini. Saya bisa merasakan getaran semangatnya yang meluap. Dan saya
juga melihat kilatan matanya yang menyiratkan keinginan untuk maju.
Inilah ilmuwan yang memiliki kemampuan manajerial yang handal.
Intelektual sekaligus entrepreneur!
Dengan penemuan baru Formula YK ini
Indonesia berhasil menjadi satu-satunya negara di Asia yang mampu
memproduksi radioisotop. Kini seluruh negara Asia datang ke BatanTek
untuk membeli radioisotop! Radioisotop adalah bahan yang sangat penting
untuk pemeriksaan kesehatan di rumah sakit. Radioisotop adalah bahan
yang tidak bisa dipisahkan dengan kedokteran nuklir. Dengan radioisotop
organ-organ di dalam badan bisa dilihat secara berwarna dan tiga
dimensi.Ini sudah beda dengan radiologi yang hanya bisa hitam putih dan
dua dimensi.
Maka pemeriksaan melaui MRI, CT, gamma
camera, serta operasi yang menggunakan pisau gamma mutlak memerlukan
radioisotop. Jepang pun tidak memproduksinya sehingga pasar radioisotop
kita amat besar. Apalagi Tiongkok.
Waktu saya mendampingi Presiden SBY makan siang dengan Presiden Hu
Jintao di Beijing yang lalu, saya pun promosi radioisotopnya BatanTek.
Kebetulan saya berada di sebelah menteri perdagangan Tiongkok. Selama
makan siang itu saya terus minta agar Tiongkok membeli radioisotop kita.
|
Kegunaan Radioisotop (Gbr : http://jakartagreater.com) |
Dengan kemampuan Dr Yudiutomo dan timnya
menembus pasar Jepang, Tiongkok, Malaysia, dan negara-negara Asia
lainnya, maka masa depan PT Batan Teknologi amat cerah. Tahun ini
omsetnya langsung bisa mencapai Rp 200 miliar. Tidak mustahil bakal bisa
mencapai Rp 1 triliun dan kemudian Rp 3 triliun di kemudian hari.
Amerika dan Australia, meski mampu
membuat radioisotop, mereka bukan pesaing kita. Umur radioisotop ini
hanya 60 jam. Setelah itu daya radiasinya habis. Untuk kebutuhan
Tiongkok 10 curie, misalnya, Tiongkok harus membeli 60 curie. Yang 50
curie hilang di jalan. Karena itu pengirimannya harus dengan pesawat.
Harus dihitung waktu pengirimannya sejak dari Serpong ke bandara dan
seterusnya.
Saya tentu ingin dua ahli kita ini tidak
berhenti di radioisotop. Keduanya juga optimis pengetahuannya akan
sangat berguna untuk pertanian dan pengeboran minyak.
Tapi biarlah BatanTek maju dulu. Jadi raja Asia dulu. Dua tahun lagi kita bicara nuklir untuk mengamankan pangan kita.